Home » , , » SEJARAH AL QUR'AN Bab 1

SEJARAH AL QUR'AN Bab 1

Written By Unknown on Minggu, 01 April 2012 | 03.32

AL QUR'AN القران الكريم

SEJARAH AL QUR'AN BAB SATU SEJARAH AL QUR'AN

I. APA ITU QUR'AN

a.  Arti kata Qur'an dan apa yang dinamaksud dengan Al Qur'an.

"Qur'an" menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti "bacaan", asal kata Qaraa. Kata Al Qur'an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf'ul yaitu maqru (dibaca).

Di dalam Al qur'an sendiri ada pemakaian kata "Qur'an" dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17,18 surat (75) al qiyamah:

Artinya:17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 18. apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.

Kemudian dipakai kata "Qur'an" itu untuk Al qur'an yang di kenal sekarang ini.

Adapun definisi Al Qur'an ialah:

"Kalam Allah sw.t. yang merupakan mu'jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah."Dengan definisi ini, Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad s.a.w., tidak dinamakan Al Al Qur'an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., atau injil yang diturunkan kepada Nabi 'Isa a.s. Dengan demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula dinamakan Al Qur'an.b. Cara-cara Al Qur'an diwahyukan.

Nabi Muhammad s.a.w. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, di antaranya:

  1. Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi s.a.w. tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", (Lihat surat (42) Asy Syuura ayat (51).
    Artinya: 51. dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.“[1347] Di belakang tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi Dia tidak dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s."

  2. Malaikan menampakkan dirinya kepada Nabi s.a.w. berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata- kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengedarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: " Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali sperti biasa".4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan no.2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur'an surat (53) An Najm ayat 13 dan 14.


Artinya:13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,14. (yaitu) di Sidratil Muntaha[1430].[1430] Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi ketika mi'raj.c. Hikmah diturunkan AL Qur'an secara berangsur-angsur. Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. Hikmah Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur itu iyalah:

  1. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan. orang akan enggan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dari riwayat 'Aisyah r.a.

  2. Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemasalahat. Ini tidak dapat dilakukan sekarinya Al Qur'an diturunkan sekaligus. (Ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).

  3. Turunnya sesuai ayat dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.

  4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menanyakan mengapa Al Qur’an tidak diturunkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an surat (25) Al Furqaan ayat 32, yaitu : 32. berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah[1066] supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).[1066] Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad s.a.w menjadi kuat dan tetap.

  5. Di ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau Perbuatan, sebagai dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al Qur’an diturunkan sekaligus.

a. Ayat-ayat Makkiyyah dan ayat-ayat Madaniyyah.Ditinjau dari segi dari segi masa turunnya, maka Al Qur’an itu dibagi atas dua golongan:

  1. Ayat-ayat yang diturunkan di Makkah atau sebelum Nabi Muhammad s.a.w. hujrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah.

  2. Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sebelum Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah dinamkan ayat-ayat Madaniyyah. Ayat-ayat Makkiyyah meliputi 19/30 dari isi Al Qur’an terdiri atas 86 surat, sedangkan ayat-ayat Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al Qur’an terdiri atas 28 surat.

Perbedaan ayat-ayat Makkiyyah dengan ayat-ayat Madaniyyah ialah:

  1. Ayata-ayat Makkiyyah pada umumnya pendek-pendek sedang ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang; surat Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al Qur’an ayat-ayatnya berjumlah 1.456, sedang surat Makkiyyah yang merupakan 19/30 dari isi Al Qur’an jumlah ayat-ayatnya 4.780 ayat.Juz 28 seluruhnya Madaniyyah kecuali surat (60) Mumtahina, ayat-ayatnya berjumlah 137; sedang Juz 29 ialah Makkiyyah kecuali surat (76) Addahr, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat Al Anfaal dan surat Syu’araa masing-masing merupakan setengah juz tetapi yang pertama Madaniyyah dengan bilangan ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makkiyyah dengan ayat-ayat yang berbunyi 227.

  2. Dalam surat-surat Madaniyyah terdapat perkataan “ ya ayyuhalladzina aamanu” dan sedikit sekali terdapat perkataan “ ya ayuuhannas”, sedang dalam surat-surat Makkiyyah adalah sebaliknya.

  3. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat yang terdahulu yang mengandungpengajaran dan budi pekerti; sedang Madaniyyah mengandung hokum-hukum, baik yang berhubungan dengan hokum adat atau hokum-hukumduniawi, seperti hokum kemasyarakatan, hokum ketanegaraan, hokum perang, hokum internasional, hokum antar agama dan lain-lain.

e. Nama-nama Al Qur’an.

Allah memberi nama Kitab-Nya dengan Al Qur’an yang berate “baca”.

Arti ini dapat kita lihat dalam surat (75) Al Qiyaamah; ayat 17 dan 18 sebagai mana tersebut di atas.Nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat (17) Al Israa’ ayat 88; surat (2) Al Baqarah ayat 85; surat (15) Al Huijr ayat 87; surat (20) Thaaha ayat 2; surat (27) An Naml ayat 6; surat (46) Ahgaaf ayat 29; surat (56) Al Waaqi’ah ayat 77; surat(59) Al Hasyr ayat 21 dan surat (76) Addahr ayat 23.Menurut pengertian ayat-ayat di atas Al Qur’an itu dipakai sebagai nama bagi Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Selain Al Qur’an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kita-Nya, seperti :

  1.  Al Kitaab atau Kitaabullah: merupakan synonym dari perkataan Al Qur’an, sebagaimana tersebut dalam surat (2) Al Baqarah ayat 2 yang artinya: “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya…….. “Lihat pula surat (6) Al An’aam ayat 114.

  2. Al Furqaan: “Al Furqaan” Artinya: “Pembela”, ialah “yang membedakan yang benar dan yang batil”, sebagai tersebut dalam surat (25) Al Furqaan ayat 1 yang artinya: “Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al Furqaan, kepada hamba-Nya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh alam”.

  3. Adz-Dzikir: Artinya: “Peringatan”, sebagaimana yang tersebut dlam surat (15) Al Hijr auay 9 yang artinya: ‘Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan “Adz-Dzikir” dan sesungguhnya Kamilah penjagamu”. Lihat pula surat (16) An Nahl ayat 44.Dari nama yang tiga tersebut di atas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah “Al Qur’an”.

Selain dari itu nama-nama yang tiga itu ada lagi beberapa nama bagi Al Qur’an. Imam As Suyuthy dalam kitabnya Al Itqan, menyebutkan nama-nama Al Qur’an, diantaranya: Al Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur.f. Surat-surat dalam Al Qur’an.

Jumlah surat yang terdapat dalam AL Qur’an ada 114; nama-namanya dan batas-batas tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan oleh Rasulullah sendiri (tauqifi).

Sebagai dari surat-surat  Al Qur’an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama, sebagaimana yang akan diterangkan dalam muqaddimah tiap-tiap surat.

Surat-surat yang ada dalam Al Qur’an ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi atas 4 bagian, yaitu:

  1. ASSAB’UTHTHIWAAL, dimaksudkan, tujuh surat yang penjang. Yaitu: Al Bawarah. Ali Imran, An Nisaa’, Al A’raaf, Al An’aam, Al Maa-idah dan Yunus.

  2. AL MIUUN, dinamakan surat-surat yang berisi kira-kiraseratus ayat lebih. Seperti: Hud, Yusuf, Mu’min dsb.

  3. AL MATSAANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat,seperti: Al Anfaal, Al Hijr dsb.

  4. AL MUFASHSHAL, dinamakan surat-surat pendek, seperti : Adhdhuha, Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas, dsb.g.Huruf-huruf Hijaaiyyah yang ada pada permulaan surat.

Di dalam Al Qur’an terdapat 29 surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaaiyyah yaitu pada surat-surat:

(1)Al Baqarah, (2) Ali Imran, (3) Al A’raaf, (4) Yunus, (5) Yusuf, (7) Ar Ra’ad, (8) Ibrahim, (9) Al Hijr, (10) Maryam, (11) Thaaha, (12) Asy Syu’araa, (13) An Naml, (14) Al Qashash, (15) Al’Ankabuut, (16) Ar Ruum, (17) Lukman, (18) As Sajdah (19) Yasin, (20) Shaad, (21) Al Mu’min, (22) Fushshilat, (23) Asysyuuraa, (24) Az Zukhruf, (25) Ad Dukhaan, (26) Al Jaatsiyah, (27) Al Ahqaaf, (28) Qaaf dan (29) Al Qalam (Nuun).

Huruf-huruf hijaaiyyah yang terdapat pada permulaan tiap-tiap surat tersebut di atas, dinamakan “Fawaatihushshuwar” artinya pembukaan surat-surat.Banyak pendapat dikemukakan oleh para Ulama’ Tafsir tentang arti dan maksud huruf-huruf hijaaiyyah itu, selanjutnya lihat no 10, halaman 8 (Terjemahan).

h. Pembagian Al Qur’an.

Sejak zaman sahabat telah ada pembagian Al Qur’an menjadi: 1/2 , 1/3, 1/5, 1,7, 1/9 dan sebagainya. Pembagian tersebut hanya sekedar untuk hafalan dan amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau di dalam sembahyang, tidak ditulis di dalam Al Qur’an atau di pinggirnya.

Barulah pada masa Al Hajjaj bin Jusuf Ats Tsaqafi diadakan penulisan di dalam atau di pinggir Al Qur’an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.

Setelah satu cara pembagian Al Qur’an itu, ialah dibagi menjadi 30 juz, 114 surat dan 60 hizb.

Tiap-tiap satu surat ditulis namanya dan ayat-ayatnya, dan tiap-tiap hizb ditulis sebelah pinggirnya yang menerangkan: hizb pertama, kedua dan seterusnya. Dalam tiap-tiap satu hizb dibagi 4.

Tanda 1/4 , hizb ditulis dengan : ربع   tanda  1/2., hizb ditulis dengan: نصف   dan tanda ¾ hizb ditulis dengan ثلاثة أرباع

Pembagian cara inilah yang dipakai oleh ahli-ahli Qiraat Mesir, dan atas dasar itu pulalah percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al Qur’an semenjak tahun 1337 Hirah sampai sekarang, di bawah pengawasan para guru besar Al Azhar.

Al Qur’an terdiri atas 114 surat dan dibagi menjadi 30 juz terdiri atas 554 ruku’. Surat yang panjang berisi beberapa ruku’, sedang surat-surat yang pendek-pendek berisi satu ruku’. Tiapa-tiap satu ruku’ diberi tanda di sebelah pinggirnya dengan huruf : ع Al Qur’an beredar di Indonesia dibagi menurut pembagian tersebut di atas, seperti cetakan Cirebon, Jepang dan lain-lainnya.

Adapun pertengahan Al Qur’an (Nishful Qur’an), terdapat pada surat (18) Al Kahfayat 19 pada lazaz: وَلْيَتَلَطَّفْ   (walyatalath thaf).

“SEMOGA BERMANFAAT Sejarah Al Qur’an”

SEJARAH PEMELIHARAAN KEMURNIAN AL QUR’AN

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

22 April 2014 pukul 09.46

Pentingnya mengenal sejarah Islam,

Posting Komentar

Korwil PDI Perjuangan dengan rendah hati mengundang siapa saja untuk menyajikan buah pikirannya dalam web ini. Silakan kirim sajian anda ke: korwilpdipksa@gmail.com

Translate

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. APDIP KSA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger